Beberapa hari lalu ketika melintas di jalan Indrapura, saya meluangkan diri singgah di Masjid Kemayoran Surabaya untuk menunaikan sholat Dhuhur. Sengaja saya memilih masuk ke masjid ini karena selama bertahun-tahun jadi orang Surabaya hampir-hampir belum pernah melihat sisi dalam masjid ini. Merasa ingin tau banyak sosok masjid yang katanya buatan Belanda, maka saya puaskan untuk mengeksplor kondisi di dalamnya.
Setelah melepas sepatu, saya langsung masuk ke dalam melalui serambi yang begitu luas. Padahal serambi ini jauh dari ruang utama masjid, tetapi aura ketenangannya sudah sangat terasa. Serambi ini dipisahkan oleh taman di tengah-tengahnya.
Di dalam ruangan serambi nan luas terdapat barisan pintu-pintu jati yang masih terawat baik. Walau sekilas kayu pintu itu nampak tua namun masih terlihat kokoh. Lantainya yang halus dan berwarna kekuningan menyimbolkan kalau tegel yang terpasang masih dalam kondisi asli.
Ketika berada di dalam saya agak kikuk karena bingung mencari tempat sholat bagian wanita. Sedangkan tidak terlihat lalu lalang jamaah perempuan. Sambil berjalan mengikuti ruangan, saya berhenti pada sebuah lengkungan dengan bagian atasnya terdapat lafal Allah dan tahun 1935 Masehi atau 1351 Hijriyah.
Semakin ke dalam, suasana masjid terasa begitu adem. Pilar-pilar kayu masjid sungguh memukau pandangan. Sambil berjalan mengamati kondisi masjid saya diarahkan seseorang menuju tempat wudhu beserta tempat sholat jamaah wanita.
Ketika berada di tempat wudhu ada pagar yang memisahkan Masjid Kemayoran dengan Sekolah Ta’miriyyah. Walau dipisah namun kedua bangunan ini sama-sama terlihat eksotis. Terutama karakteristik tembok bangunan yang jelas-jelas bangunan cagar budaya. Dari cerita yang saya dengar Masjid Kemayoran merupakan Masjid tertua di Surabaya setelah Masjid Ampel. Dan Masjid Kemayoran pernah menjadi masjid terbesar pertama di Surabaya pada tahun 1905.
Dari tempat wudhu ini saya bebas melihat sisi atas bangunan masjid Kemayoran yang bentuknya terlihat unik. Secara keseluruhan masjid ini memiliki ciri khas lengkungan serta aksen bangunan model jawa kuno.
Sesuai referensi yang saya baca, Masjid Kemayoran dibangun khusus oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1844 hingga 1848 yang diperuntukkan bagi umat muslim Surabaya. Arsitek Masjid ini adalah orang Belanda bernama J.W.B. Wardenaar. Dinamakan Masjid Kemayoran karena masjid dibangun diatas lahan bekas rumah Mayor Angkatan Darat Belanda sehingga tersebutlah Masjid Kemayoran. Meski telah melalui pemugaran beberapa kali, namun keaslian masjid ini tetap terjaga.
Saat ini selain sebagai tempat ibadah, Masjid ini kerap dijadikan sebagai tempat pengajian rutin dari mulai anak-anak hingga dewasa.
Sayangnya, saya tidak bisa melihat ruang utama masjid Kemayoran yang digunakan sebagai tempat sholat jamaah laki-laki. Banyaknya jamaah laki-laki membuat saya tidak bisa mengambil gambar. Sebaliknya, ruangan sholat untuk jamaah wanita berada di belakang dengan ruangan secukupnya. Meski tidak selebar ruang sholat laki-laki tetapi ruangannya sangat bersih dan lengkapi dengan mukena dan kitab suci.
Jika teman-teman ingin melihat lebih jauh tentang Masjid Kemayoran datang saja ke jalan Indrapura no. 2. Lokasinya berhadapan dengan gedung DPRD Jawa Timur ^^
'Menyusup ke Kemayoran, Masjid Belanda Tertua Kedua di Surabaya' have 10 comments
October 15, 2015 @ 3:57 pm Dwi Puspita
aku pernah kesini tapi cuma sekali aja 🙂
October 16, 2015 @ 10:46 am Yuniari Nukti
Aku baru dua kali kesini 😀
October 15, 2015 @ 3:59 pm Rahmah Usman
Memang berasa aroma Belanda-nya…*merinding entah kenapa…
October 16, 2015 @ 10:48 am Yuniari Nukti
Dinding dan kayunya khas..
October 15, 2015 @ 6:18 pm Aya
Mbak, sisuk jakken aku yohh :'(
October 16, 2015 @ 10:48 am Yuniari Nukti
Ayo.. nggowo duit sing akeh, yoo
October 15, 2015 @ 10:28 pm Niar Ningrum
Hampir sering diajakin dolan ke sini sama ayah, hobi ne ayah dolan dri masjid ke masjid kok.
Tmpat wudhu ne cewe lag nyemil pojok luas yoo mbk , cma serem sepii
October 16, 2015 @ 10:50 am Yuniari Nukti
Iyoo, tempat wudhue perempuan luas. Tapi sepiii.. nek sendirian takuut 😀
October 17, 2015 @ 3:50 pm Nining
ruteku pas jaman kerja di Kebalen nih mbak…..dan sayang yah petunjuk tempat jamaah wanita kurang jelas padahal kalo ke masjid selalunya inguk2 dimanaaa ini tmp jamaah wanitanya hihihi inguk2 :p
October 19, 2015 @ 8:29 am Sari Widiarti
loh alah.. pernah ke sini cuma numpang lewat doang mbak. Mampir ke rumah bude 😀