Hiruk pikuk Surabaya sebagai kota metropolitan membuat orang yang mendengar nama kota ini langsung membayangkan sebuah kota modern dengan kegiatan khas perkotaan, gedung tinggi, lalu lintas yang ramai dan hampir padat. Jika bosan dengan gedung-gedung tinggi di Surabaya, mampirlah ke kawasan Surabaya Utara. Kawasan tersebut dikenal sebagai kota tua di Surabaya, yakni kota yang sudah ada dan berkembang bahkan sebelum negeri ini merdeka. Saya punya referensi untuk melihat sisi lain kota tua yang ada di Surabaya, yaitu Pasar Ikan Pabean. Bergaya blusukan ala Pak Presiden, saya menengok pasar yang katanya eksotis ini. Ciee gaya… Lokasi pasar ini sesuai dengan namanya yakni di Kecamatan Pabean Cantikan, di antara Jalan Kembang Jepun dan KH. Mas Mansyur Surabaya.
Sebenarnya Pasar Pabean tidak hanya menjual ikan tapi seluruh kebutuhan dan juga dikenal sebagai tempat kulak rempah-rempah. Tapi kali ini saya menyambangi bagian pasar ikannya saja, konon katanya ini adalah pasar ikan terbesar dan terlengkap di Surabaya. Ikan yang dijual berasal dari daerah-daerah di sekitar Surabaya. Tidak hanya menjadi tempat transaksi jual-beli tapi di tempat ini juga jadi tempat pertemuan multi-etnis. Bagaimana tidak, lokasinya terletak di antara kawasan pecinan, kampung Arab, dan kini juga banyak orang-orang dari Madura yang mendiami kawasan tersebut. Pasar ini sudah ramai sejak masa kolonial karena letaknya yang strategis, dekat dengan Sungai Kalimas yang kala itu menjadi prasarana transportasi air. Oh iya, dulu Surabaya mengandalkan Sungai Kalimas untuk mendistribusikan barang dagangan yang masuk melalui pelabuhan. Oleh karena itu wilayah dekat sungai tersebut menjadi berkembang dengan pesat sebagai kawasan bisnis. Keren ya, Surabaya sudah jadi kota bisnis sejak jaman dahulu.
Rute untuk menyusuri kawasan ini bisa kita mulai dari Jalan KH. Mas Mansyur – Jalan Panggung – belok kiri ke Jalan Gambir – menyusuri Kalimas Utara – belok kanan di Kalimas Udik dan kembali lagi ke Jalan Panggung. Jadi apa yang bisa kita lihat di sini? Saat kita baru memasuki Jalan Panggung, sederet toko kitab akan kita jumpai. Setelah itu berderet toko parfum menyambut langkah kaki kita dengan wewangiannya. Tepat setelahnya geliat kegiatan di pasar ikan terlihat kontras sekali dengan deretan toko parfum yang baru saja kita lewati. Selayaknya pasar ikan, bau ikan yang khas dan jalanan becek menghiasi sepanjang rute. Tapi justru itu yang menjadi favorit pengunjung yang datang ke sana dengan status sebagai turis. Haha… Iya menjadi turis di kota sendiri. Pemandangan transaksi jual-beli, deretan ikan, kuli panggul wanita, sangat menggoda bagi turis yang hobi fotografi. Para pedagang di sini sangat paham jika ada yang datang untuk sekadar memotret tanpa belanja, mereka juga senang hati berpose. Nampaknya memang sering sekali pasar ikan ini menjadi langganan rute para tukang jalan dan tukang foto. Tapi kalau ingin beli ikan juga boleh banget, namanya saja pasar ikan jadi yang dijual juga sangat lengkap dan harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan tempat lainnya.
Meninggalkan Pasar Ikan Pabean dan memasuki Jalan Kalimas Utara ada sebuah bangunan tua yang menjadi primadona di kalangan pecinta sejarah tapi juga biasanya terlewatkan bagi orang awam yang kurang tertarik dengan sejarah. Menara Syahbandar Kalimas atau menara tempat pegawai negeri yang mengepalai urusan pelabuhan bertugas. Nah dari sini paham kan mengapa menara ini terletak di sini? Yap, karena pada masa lalu kawasan sepanjang Sungai Kalimas berkembang jadi pusat perdagangan jadi kalau dibangun menara ini di pinggir Sungai Kalimas adalah hal yang sangat wajar.
Sederhananya difungsikan untuk mengontrol semua kegiatan yang berhubungan dengan pelabuhan, distribusi barang, dan perdagangan. Bagi yang bermata jeli, di bangunan ini juga terdapat logo Surabaya yang pertama kali. Melanjutkan ke Jalan Kalimas Udik, kita akan menjumpai banyak bangunan tua berderet. Di sana juga banyak bangunan yang bertuliskan cagar budaya. Rute ini tentu saja favorit turis-turis lokal dan asing jika mengunjungi Kawasan Ampel. Oh ya, untuk melakukan kegiatan ini wajib mengandalkan kaki sendiri untuk melakukannya. Selamat blusukan!
'Blusukan di Pasar Ikan Pabean dan Kalimas Udik' have 8 comments
October 26, 2015 @ 11:46 am Rahmah
Nuansa bangunan yang menyiratkan banyak kenangan di masa lalu…
October 26, 2015 @ 12:10 pm Dwi Indah Nurmaturrokhmah
Iya mbak, menyiratkan kejayaannya di masa lalu.
October 26, 2015 @ 12:27 pm Nurul Rahmawati
Asik dek. Persis seperti yang Mas Yudie tulis di FB, kau menuliskannya dgn begitu indaaaaaah…. seperti namamu 🙂
October 26, 2015 @ 12:57 pm Dwi Indah Nurmaturrokhmah
Makasih mbak…
October 26, 2015 @ 5:01 pm Nining
Surabaya utara, penggalan kisah masa kalu Surabaya kental bgt disini. Mana bangunanya pyur kondisi masi sama spt jaman dulu. Btw aku rodo males ke pasar kalo pas hujan begitu..eh itu hujan apa becek krn rembesan air ikannya yak hehehe
October 26, 2015 @ 5:13 pm Dwi Indah Nurmaturrokhmah
Hujan ga hujan tetep becek mbak. Rembesan air ikannya. Di sini toko-tokonya pun terlihat tua.
October 27, 2015 @ 9:10 am entas suliana
suka banget ke pasar pabean untuk belanja kebutuhan anak-anak kaki empat, tuna dan patin disini gemuk-gemuuuukkkk … 🙂
October 29, 2015 @ 3:12 am Dwi Indah Nurmaturrokhmah
semua ikan di sini emang menggiurkan mbak. Cumi-cuminya juga. hehe…